Mudeng ra Mudeng

Hai!

Posted in Tidak Dikategorikan by nDuk on 28 September 2022

Hai, blog! *goblog. Kamu gimana kabarnya? Sehat? Sama dong, saya juga sehat, dan tambah cakep *hascim!. Puluhan tahun sudah saya tidak mengisi ini blog. Kangen?. Gak, sih. Tapi jujur dari hati yang terdalam ketika saya akan memulainya lagi, rasa gugup menghinggapi diri saya, bulu ketekpun ikut berdiri. Saya akan bercerita tentang apa yang telah saya lalui selama ini, tapi boong. Suka, duka, senang, bahagia, kencing di celana, dan lain sebagainya, dan lain sebagainya. Namun, saya bingung harus memulai dari mana. Haruskah saya mulai dari pada suatu hari saya berkunjung ke rumah nenek yang tanpa atap? Atau, pada suatu hari saya bertemu dengan pengelana yang isi kepalanya tertinggal di rumah?.  

Baiklah, akan saya mulai dari yang ringan-ringan saja, karena saya tahu kamu tidak akan mampu jika saya suguhkan yang berat *batu padas dua truk di atas piring?. Sebelum saya mulai, ambilah cermin, atau hp kamu. Lihatlah ke cermin atau hp yang telah kamu pegang. Di sana terpancar dirimu. Diri yang penuh perjuangan, diri yang tetap optimis dan pantang menyerah, serta selalu tersenyum apapun masalah yang dihadapi tetangganya. Ingat, kawan, sekacau apapun rupa dan kelakuanmu, banggalah akan dirimu sendiri, sebab, orang lain tidak akan sudi membanggakanmu. Sekarang, rentangkan tangan, dan terimalah tadirmu yang malang.

Cerita ringan itu saya mulai dari, saya punya kucing. Namanya Bento. Bento punya dua mata. Hidung satu. Berkumis. Jangan kau lihat rupa ayahmu, karena jelas Bento jauh lebih tampan. Kapan waktu akan saya tunjukkan betapa kucingnya Bento.

Cukup sekian dulu untuk hari ini. Semoga saya tetap sehat, demikian juga dengan kamu.

Satu Tanggapan

Subscribe to comments with RSS.

  1. LJ said, on 28 September 2022 at 20:42

    Saya sudah bilang, Bento sudah tidak kekinian. Ganti namanya!
    ***
    Itu nama bukan asal jadi, mak. Bento itu terbentuk dari beberapa filosofi, mak. Filosofi kopi, filosofi susu, filosofi gula, filosofi air, filosofi sendok, filosofi gelas.


Tinggalkan komentar