Mudeng ra Mudeng

Tua

Posted in Tidak Dikategorikan by nDuk on 19 September 2023

Waduh! Udah tambah tua aja. Makin cantik kaga, tua iya. Makin kaya kaga, tua iya. Makin pintar kaga, tua iya. Kawan, pelajaran apa yang bisa kita ambil dari semakin tua?. Kemana kita akan menemukan jawabannya?. Apa kita harus lari ke hutan, kemudian pargoy?. Atau, lari ke pantai, kemudian joget ngebor?. Atau mungkin, lari ke jamban, kemudian livestreaming di media sosial?.

Dan kawan, setelah dengan terburu-buru kita lari ke hutan, kemudian tertatih-tatih ke pantai, dan terseok-seok hingga merayap-rayap berakhir sampai di jamban, namun tak satupun jawaban yang kita dapat. Selanjutnya  kita harus bagaimana, kawan?.

Ah, kawan, sudah saya putuskan, daripada saya pusing memikirkan selanjutnya, baiknya saya sudahi saja. Jamban saya memanggil-manggil ingin bersua. Ikut?.

Kaya

Posted in Tidak Dikategorikan by nDuk on 29 September 2022

Siapa orangnya yang tidak ingin kaya?!. Siapa?!. Bawa sini itu orang!. Sekarang!!!. Perlu kamu tahu, bukan hanya kamu dengan kepala segi limamu itu yang ingin kaya, saya juga! SAYA JUGA! SAYA JUGA!!.

Setiap pagi begitu membuka mata, tidak bosan-bosan saya merengek “Selamat pagi, Tuhan, minta duit, dong”. Namun, sepertinya Tuhan tetap tak goyah dengan rengekkan suara cempreng saya. Keinginan saya tidak muluk-muluk, saya ingin jadi orang kaya. Banyak uang. Mau makan apa aja bisa.  Ya bukan berarti makan tauco tetelan exavator juga, kali, tapi makan yang enak dan sehat. Coba kalau miskin? Haduh! *tandain dulu sampai sini ceritanya.

Perasaan saya sedang gak enak, mau kebelakang dulu. Sampai sini dulu, kapan-kapan saya lanjut. Sehat-sehat kita!.

Hai!

Posted in Tidak Dikategorikan by nDuk on 28 September 2022

Hai, blog! *goblog. Kamu gimana kabarnya? Sehat? Sama dong, saya juga sehat, dan tambah cakep *hascim!. Puluhan tahun sudah saya tidak mengisi ini blog. Kangen?. Gak, sih. Tapi jujur dari hati yang terdalam ketika saya akan memulainya lagi, rasa gugup menghinggapi diri saya, bulu ketekpun ikut berdiri. Saya akan bercerita tentang apa yang telah saya lalui selama ini, tapi boong. Suka, duka, senang, bahagia, kencing di celana, dan lain sebagainya, dan lain sebagainya. Namun, saya bingung harus memulai dari mana. Haruskah saya mulai dari pada suatu hari saya berkunjung ke rumah nenek yang tanpa atap? Atau, pada suatu hari saya bertemu dengan pengelana yang isi kepalanya tertinggal di rumah?.  

Baiklah, akan saya mulai dari yang ringan-ringan saja, karena saya tahu kamu tidak akan mampu jika saya suguhkan yang berat *batu padas dua truk di atas piring?. Sebelum saya mulai, ambilah cermin, atau hp kamu. Lihatlah ke cermin atau hp yang telah kamu pegang. Di sana terpancar dirimu. Diri yang penuh perjuangan, diri yang tetap optimis dan pantang menyerah, serta selalu tersenyum apapun masalah yang dihadapi tetangganya. Ingat, kawan, sekacau apapun rupa dan kelakuanmu, banggalah akan dirimu sendiri, sebab, orang lain tidak akan sudi membanggakanmu. Sekarang, rentangkan tangan, dan terimalah tadirmu yang malang.

Cerita ringan itu saya mulai dari, saya punya kucing. Namanya Bento. Bento punya dua mata. Hidung satu. Berkumis. Jangan kau lihat rupa ayahmu, karena jelas Bento jauh lebih tampan. Kapan waktu akan saya tunjukkan betapa kucingnya Bento.

Cukup sekian dulu untuk hari ini. Semoga saya tetap sehat, demikian juga dengan kamu.

23

Posted in Tidak Dikategorikan by nDuk on 23 Juni 2014

……Ada yang lain hari ini, wajah teman-teman di tempat kerja saya telihat berseri-seri. Pastinya saya pun demikian. Ketika bercermin sebelum berangkat kerja saya lihat wajah saya begitu ceria, rasanya seperti mendapatkan sembako gratis seumur hidup. Pagi hari setibanya di tempat kerja semua yang saya temui saya beri salam secara cuma-cuma, benar-benar tanpa agunan, tanpa DP, tanpa angsuran. Kepada satpam yang sedang menyulut rokok “Selamat pagi, Pak”. Kepada OB yang sedang memegang sapu sebagai senjata andalannya “Selamat pagi, Bang”. Kepada kamar mandi yang sudah menanti diguyur “Selamat pagi, kamar mandi”, tak perlu terkejut, saya memang tipe orang yang ramah kepada apapun. Salam tersebut tentu saja saya beri bonus senyuman khas milik saya, senyum manis yang sangat lebar, begini. Nha, senyum seperti ini, bukan, bukan seperti itu, masih kurang lebar. Sekarang coba ikuti senyum ala saya. Langkah pertama tarik pipi kiri dan pipi kanan kamu ke belakang, tersenyumlah seperti biasa, jika sudah, dengan tetap senyum tarik bibir atas kamu ke atas hingga gusi kamu kelihatan, nha begitu, pas, pas banget begitu, lalu cobalah bercermin, manis, bukan?.

……Mengerahkan segala daya dan upaya, saya coba untuk mengingat kembali ada apa gerangan yang membuat kami ceria dan bersemangat kerja. Saya satukan semua lempengan-lempengan ingatan saya yang tercecer entah dimana-mana, coba lihat kantong kamu, mungkin ada satu di situ. Habis sudah waktu saya selama 80 detik dengan jawaban yang saya peroleh, nihil, payah, sungguh waktu yang terbuang sia-sia. Namun, dengan kebulatan tekad ditambah lagi dengan sikap pantang menyerah pelan-pelan saya coba urai setandan demi setandan. Hari ini hari Senin. Apa hebatnya jika hari ini hari Senin?. Tidak ada yang hebat. Semua tetap saya lakukan seperti biasa, cuma menyetrika tetangga saja yang tidak. Hari ini jatuh pada tanggal 23. Aha! Saya tahu sekarang. Aha! Ternyata penyebabnya ada pada tanggal 23. Tahukah kamu mengapa saya dan teman-teman saya berseri-seri pada tanggal 23?. Benar! Tanggal 23 adalah hari ulang tahun ATM kami alias GA-JI-AN. Memang beginilah garis hidup para pengharap gaji, tidak ada lain yang kami idam-idamkan hanyalah tanggal 23 sebiji dowank. Jika kapan waktu diberi kesempatan untuk menyampaikan saran bagi kemajuan perusahaan, maka yang akan saya sampaikan adalah diperbanyak tanggal 23, sebulan 30 kali bila perlu.

……Seseorang yang biasanya senggol bacok lirik tabok, kala gajian bisa berubah menjadi senggol lempar senyuman lirik pun lempar senyuman, namun dengan gergaji mesin di belakang tangan, gak dink. Entahlah daya magis apa yang dibawa oleh hari gajian. Saya posting bukan hendak pamer kalau saya gajian, gak ngefek kalau saya pamernya ke kamu, hawong kamu kalau mbayar belanjaan uangnya dikiloin, ya kan?. Uang dicari memang untuk dihabiskan, gak bakal dibawa mati, saya gak pernah dengar tuh ada tukang bubur kacang ijo di alam kubur. Tinggal bagaimana kita secara cerdas membelanjakannya, mau dibelanjakan ke sebelah kiri atau ke sebelah kanan. Hari ini tanggal 23, hari ini saya gajian, bersediakah kamu mentraktir saya dan orang-orang sekampung saya?.

Rojer

Posted in Tidak Dikategorikan by nDuk on 21 Juni 2014

……Apakah kamu yang hidungnya sama mekarnya dengan saya tahu apa itu rojer?. Salut bila kamu sudah tahu dan mengerti, berarti saya perlu acungkan celurit untuk menghormati kemampuan kamu. Saya baru tahu bahwa ternyata pengetahuan kamu sungguh begitu luasnya, seluas daun kelor. Rojer adalah kata yang digunakan di daerah saya untuk menyebutkan barang-barang bekas yang dijual. Barang bekas tersebut umumnya berkaitan dengan gaya, misal pakaian bekas, sepatu bekas, tas bekas, eh, ada juga dink sprei bekas, cutton bud bekas tidak termasuk.

……Ada hubungan apa antara saya dengan rojer?. Hubungan kami adalah baik-baik saja, saling menghormati satu sama lain. Saya menghormati rojer sebagaimana layaknya barang bekas yang harus dihormati dan mungkin rojer juga menghargai saya sebagai salah satu makhluk keren di muka bumi ini. Pada jiwa-jiwa rojer yang bertumpuk di depan lapak itu saya menemukan kenikmatan yang mungkin sama persis seperti kenikmatan yang didapatkan wanita-wanita sosialita ketika berbelanja. Perbedaan antara gedung dan barang yang dibeli hanya terletak pada kelasnya saja. Mereka berada di kelas nomor satu, sementara saya di kelas nomor dua ratus lima puluh empat, hanya berbeda tipis. Kebanyakan rojer adalah barang impor, dilihat dari labelnya banyak yang berasal dari Cina dan Korea. Rojer sangat membantu bagi kami, termasuk saya yang daya belinya masih lemah, lebih jelasnya yang uangnya cuma sebanyak bulu ikan. Perbandingannya, bila celana panjang baru dijual paling murah seharga 75 ribu, maka saya hanya membutuhkan 10 ribu saja untuk membeli rojer, dengan demikian saya bisa berhemat hingga 65 ribu. Nha, dengan penghematan sebesar 65 ribu, itu artinya pos untuk makan bakso saya bisa aman dan terselamatkan hingga beberapa saat. Ini tentunya terlepas dari peraturan pemerintah tentang boleh tidaknya barang bekas impor diperjualbelikan, khususnya pakaian

……Dibutuhkan ketelitian dan kesabaran dalam memilih untuk mendapatkan barang yang masih layak pakai. Dari saya si penggemar rojer ada tiga pertimbangan utama yang harus diperhatikan kala membeli. Akan lebih baik lagi jika kamu punya lebih dari tiga pertimbangan, setidaknya baik bagi diri kamu sendiri dan bagi tetangga kamu yang sedang bergelantungan itu. Contoh, jika setelah dua jam memilih rojer dan akhirnya pilihan akan ditentukan, maka yang pertama adalah cobalah terlebih dahulu. Lapak rojer tidak menyediakan ruang pas, tanpa melepas baju yang sedang dikenakan, jangan malu-malu, coba saja langsung di lapak tersebut. Rojer tidak pandang ukuran, karena memang barang yang dijual adalah barang bekas dari bermacam ragam bentuk, maka segala ukuran akan bercampur-baur. Boleh jadi pemakai awalnya ukurannya sebesar tong drum atau bisa jadi cuma sebesar lidi. Perlu diperhatikan agar jangan sekali-kali tanyakan ukuran kepada penjualnya, sia-sia, jawaban yang akan diperoleh paling “bongkarilah di situ, cari sendiri yang pas”. Yang kedua, bila sudah pas dipakai, selanjutnya adalah perhatikan dengan seksama segala sudut barang rojer yang akan dibeli. Perhatikan barang tersebut koyak selebar lapangan bola atau tidak. Perhatikan kancing atau resletingnya masih utuh atau tidak, gak lucu donk kalau si junior nongol gara-gara celananya tidak berresleting, apa kata Mak Erot coba?. Dan perhatikan juga apakah bernoda atau tidak, karena memang ada noda yang tidak bisa dihilangkan. Ada noda yang cuma bisa dihilangkan dengan cara paling ampuh, yakni dengan dicelupkan ke dalam wadah yang berisi bensin, diaduk perlahan-lahan dan kemudian disulut dengan api, memang ada noda yang hanya bisa hilang dengan cara seperti itu, bukan noda membandel namanya melainkan noda kurang ajar. Bila dirasa sudah mantap, cocok dipakai, dan barang rojernya masih bagus atau tidak ada cacat, pertimbangan yang ke tiga adalah coba telesik kembali ke belakang. Coba benar-benar pikir ulang apakah barang tersebut memang dibutuhkan atau tidak. Biar kata cuma 10 ribu perak, kalau di rumah saja yang belum sempat dikenakan banyaknya masih dua puluh karung beras lagi, buat apa dibeli, iya tho?. Yang ada di rumah malah membikin semak dan juga menghambur-hamburkan uang, ingat, jangan melakukan sesuatu yang sia-sia.

……BBenar, semua itu terletak pada keikhlasan. Apa pasal tiba-tiba ada kata keikhlasan?. Rojer memang jelas tidak ada hubungannya dengan sepeda, tapi tahukah kamu bahwa rojer ada hubungannya dengan ikhlas?. Ya, ikhlas menggunakan barang bekas. Mereka orang berpunya memakai baju baru yang berharga jutaan, kita yang tidak berpunya juga memakai baju, biar kata bekas. Mereka makan dengan lauk-pauk terhidang beraneka rupa, kita juga bisa makan, walau hanya dengan kerupuk. Mereka dengan uangnya mampu menonton film-film terbaru, kita juga bisa, biarpun yang ditonton cuma sinetron yang kata mereka orang-orang sok pintar itu adalah tontonan yang tidak mendidik. Esensinya sama, sama-sama pakai baju, sama-sama makan, sama-sama refreshing. Sekali lagi, ada pada kata ikhlas.

Ambulans

Posted in Tidak Dikategorikan by nDuk on 8 Juni 2014

……Akhir-akhir ini kerjaan saya emang lagi imut-imutnya, jika sudah begitu pasti pulang kerjanya lewat dari jam yang semestinya. Menurut ketentuan saya pulang jam 5 sore teng, maka atas dasar tanggungjawab dan loyalitas seorang pekerja outsource yang keren ini terhadap perusahaannya, mau tidak mau saya pulang lebih lama, jam 5 lewat 60 detik!. Sekali-kali jika kerjaan tak lagi masuk kategori imut apalagi menggemaskan, namun sudah mulai membikin muncung menjadi puanjang, mencucu kayak ikan cucut plus muka ketat udah kayak celana dalam baru, saya pulangnya pun tambah lebih lama, sudah lewat senja. Pulang saat matahari mulai tidur, bagi saya yang naik angdes untuk bolak balik ke tempat kerja tentu akan menjadi sedikit ribet. Saya tau, kalau kamu sih pulang kerja jam berapa aja pasti gak pernah ada ribet-ribetnya, hawong kamu pergi pulang kerja naik heli. Bukan, bukan helikopter, tapi heli guk…guk..guk… ke mari, guk…guk…guk… ayo lari-lari, iya kan? Hayo ngaku…

……Angdes saya ngetem sampai jam 6 sore, terkadang lewat-lewat dikit. Jangan ragukan kemampuan saya, saya yang tangkas dan perkakas sudah barang tentu mengantongi nomor handpone mandor yang biasa mengatur keluar masuknya angdes yang saya naiki di terminal. Jika pulang telat, hal pertama yang saya lakukan adalah menelepon mandor tersebut, tentunya untuk menanyakan berapa nomor togel yang bakal keluar esok hari, gak dink, untuk memastikan saja masih ada atau sudah tidak ada lagi angdes di terminal. Kalau beliau menjawab sudah habis, berarti langkah selanjutnya adalah mencari selamat diri masing-masing.

……Saya punya 3 rencana jika angdes sudah tidak lagi ada. 3 rencana saja sudah cukuplah gak perlu sampai 100 rencana, capek saya njabarinnya kalau sampai 100, kamu sih enak di situ, tinggal mbaca dan duduk-duduk doank.

……Rencana pertama adalah dengan numpang ambulans. Kuping kamu emang gak salah dengar, karna saya memang benar-benar numpang ambulans. Kapan lalu saya pernah bilang kalau saya tinggal di rumah mbakyu di daerah perkebunan. Dan mbakyu saya kebetulan salah satu perawat di poliklinik perkebunan tersebut. Pasien yang butuh penanganan lebih lanjut biasanya dirujuk ke rumah sakit di Pematangsiantar, selain itu ada juga pasien yang butuh konsultasi ke dokter spesialis yang adanya juga di Pematangsiantar, yang terdekat dari sinilah. Peluang ini pastinya tidak saya sia-siakan begitu saja. Sekali lagi, dengan ketangguhan dan keperkakasan saya, beberapa nomor handphone sopir ambulans sudah saya kantongi dengan mudahnya, betapa membanggakannya saya ini.

……Jika akan menumpang, langkah awal yang saya lakukan adalah tanya ke mbakyu terlebih dahulu untuk memastikan ada atau tidaknya ambulans yang mengantar pasien ke Pematangsiantar. Bila jawaban dari mbakyu ada, langkah tangkas saya selanjutnya adalah menelepon sopir yang bersangkutan, saya ini cerdas sekali, bukan?. Kalau ambulans tersebut memang masih berada di sekitar Pematangsiantar, jadi deh saya numpang sampai di depan rumah, karna untuk menuju poliklinik memang mesti lewat dari depan rumah mbakyu. Saya biasanya nunggu ambulans di rumah sakit Vita Insani, rumah sakit yang jadi rujukan pasien dari poliklinik di perkebunan tempat mbakyu saya kerja. Ntar deh, kalau kamu berkunjung ke Pematangsiantar, akan saya ajak jalan-jalan ke rumah sakit Vita Insani. Apa? Kamu bilang ogah jalan-jalan ke rumah sakit? Sekali-sekali perlu juga kale, jangan melulu jalan-jalan ke gunung, ke pantai, ke panti pijat, atau ke mana aja yang asik-asik melulu, tujuannya adalah agar kamu lebih, lebih, lebih dan lebih bersyukur atas nikmat sehat yang nemplok di kamu, camkan itu!. Terkadang saya juga nunggu ambulans di depan tempat saya kerja, kebetulan jika ambulans akan pulang, jalan yang harus dilewati adalah jalan di depan tempat saya kerja. Apakah saya gak malu numpang ambulans? Idih! Saya rasa akan lebih memalukan kalau saya numpang lamborghini tapi cuma dicipratin comberan doank.

……Sebagai calon penumpang ambulans yang cukup punya udel, saya seringnya naik di belakang, kadang bareng pasien, kadang sendirian. Saya gak pernah maksain minta duduk di depan, karna yang di depan biasanya abang sopir dan perawat pendamping, masa iya sih saya minta dipangkuin sama abang sopir? Di mana udel saya coba?!. Duduk di belakang sendirian apakah saya gak takut? Takut sama hantu maksud kamu? Kenapa harus takut, hawong saya lebih serem dari hantu. Pokoknya hantu bawaannya pengen nabok mulu begitu lihat saya, soale ada saingannya.

……Rencana saya yang ke dua yakni dengan naik bus yang ke arah Medan. Kalau masih belum begitu larut, saya masih bisa memilih-memilah bus mana yang akan saya naiki. Setidaknya saya bisa memilih apakah penumpangnya ada perempuannya atau tidak, maaf gender, tapi itu perlu loh, atau busnya kira-kira kencang-kencang atau tidak. Saya paling ogah kalau naik bus yang kencangnya bukan main, sopirnya ngebut macam buru-buru mau ngangkat pakaian di jemuran karna udah gerimis. Namun, kalau sudah agak larut, apa boleh buat? Bus bermodel dan berjenis kelamin apa saja akan saya naiki asal lewat simpang tempat saya berhenti, tak perlu kamu ajari, tentu saja saya selalu berdoa agar selamat. Nanti di simpang saya akan dijemput oleh abang ipar atau bisa juga naik ojek kalau tidak ada yang jemput, atau bisa juga jalan kaki jika tidak ada yang jemput dan jika tidak ada duit buat mbayar ojek. Dua putaran kelender waktu yang diperlukan dari simpang untuk sampai ke rumah, heleh, yang ini sih kalau simpangnya di Nigeria sana, kalau di simpang tempat saya berhenti, cukup 10 menit saja dengan bersepeda motor, 1 jam dengan berjalan kaki, 1 harian dengan ngesot, terserah tinggal pilih mau pakai cara yang mana.

……Rencana saya yang ke tiga adalah dengan numpang tidur di rumah teman. Rencana ini adalah yang akhir, akan saya laksanakan jika rencana pertama dan ke dua sudah tidak bisa lagi diharapkan. Pertimbangannya adalah daripada saya tidur di pinggir jalan nungguin bus gak datang-datang, maka lebih baik saya tidur di rumah teman, syukur-syukur dapat makan malam, solusi yang cerdas, bukan?

……Karna saya udah capek ngetik, dan kamu cuma mesam-mesem doank, saya sudahi saja posting gak penting kali ini. Sekian.

Pusda

Posted in Tidak Dikategorikan by nDuk on 29 Mei 2014

……Ya paha ayaam… rupanya sudah hampir tiga bulan saya gak posting, cih! Kok bisa keren banget sih saya ini?. Dan, tarra…sekarang saya posting untuk ngilangin rasa kangen kamu, kamu, kamu dan ya, kamu juga, kamu iya juga dan kamu semuaaaa….yeaah, beri tepuk tangan yang keras buat saya. Semoga dengan munculnya postingan ini rasa kangen kamu yang dulunya menggunung dapat berkurang, walaupun belum bisa sampai membisul (sekecil bisul, gitu) setidaknya sudah sedikit membukit lah, ocey?.

……Judul di atas adalah pusda, bukan singkatan dari pupus sudah atau pusat dada, melainkan perpustakaan daerah, uhuk! Gaya bener saya ini ngomongin perpustakaan (mbenerin letak bibir). Di postingan perdana setelah sempat tenggelamnya saya selama beberapa waktu lalu, saya akan membeberkan hubungan saya dengan si pusda itu dengan segamblang-gamblangnya, menurut saya. Agar kamu tak lagi bertanya-tanya, langsung saja saya beritahu apa saja yang sudah saya lakukan selama ini dengan pusda. Hiyak! betul, namanya juga perpustakaan, di pusda saya bisa baca-baca, pinjam buku, numpang ke kamar kecil juga bisa kalau lagi kebelet dan, sssttt…ini yang paling, paling, paling, dan paling penting di atasnya penting, saya bisa berlagak sok kutu buku, catet! (mbenerin letak kacamata). Tapi yang paling mendasar dan utama yang membuat saya menjalin hubungan dengan pusda adalah bahwa saya bisa membaca dua buah buku setiap minggunya secara gratis, tis!. Saya emang penggemar gratisan, karna hari gini harga buku masih aja mahalnya bukan main, mencekik leher dan melilit perut.

……Buku bergenre apa yang sering saya pinjam? Saya mohon pusatkan perhatian kamu, lalu coba lihat tampang saya, gimana? Ada hidungnya? Eh salah, gimana? Ada jawabannya? Hiyak! Betul lagi, buku yang saya pinjam adalah buku-buku yang di klasifikasikan ke dalam kode 813 di pusda di tempat saya minjam, silahkan jambak rambut kamu kalau bingung kode untuk buku berjenis apakah itu. Saya tidak rutin seminggu sekali nyambangi pusda, apalagi kalau kerjaan lagi unyu-unyunya, maka itu saya sering kena denda karna telat ngembalikan. Untuk satu hari keterlambatan, denda yang dikenakan sebesar lima ratus rupiah per satu buku. Saya yang bergaji pas-pasan masih bisalah berlagak sombong kalau hanya untuk membayar denda yang cuma segitu itu. Apakah semua buku yang pernah saya pinjam telah ludes saya baca? Tampang macam saya ini? Ha ya jelas tidak semua sudah habis saya baca. Karna apa? Karna buku tak pernah ingin dimengerti, hanya wanita lah yang selalu ingin dimengerti, heleh. Ada yang masih sebagian saya baca, ada yang masih seupil doank, tapi kebanyakan buku yang sudah saya kembalikan sudah habis saya baca, ya walau intisarinya seringnya gak dapet.

……Saya berterimakasih sekali kepada bapak dan ibu guru saya dulu yang telah mengajari saya membaca, yang selanjutnya mempertemukan saya dengan pusda. Coba kalau saya tidak bisa membaca, mungkin pusda akan saya anggap seperti hutan rimba yang tidak pernah akan berani saya menjajakinya. Kamu sudah punya kartu pusda juga? Belum? Aduh! Sayang banget, kalau kamu suka baca, coba deh sekali-kali kunjungi perpustakaan di daerah kamu, siapa tau buku yang selama ini kamu cari-cari ada di sana. Eh ya, sudah dulu ya, saya sudah menjelaskan dengan gamblang hubungan saya dengan pusda, dan saya juga sudah bingung harus ngarang gimana lagi. Ya sudah, yuk mari kita manfaatkan pusda, mana gratis juga.

Humanitas

Posted in Tidak Dikategorikan by nDuk on 9 Februari 2014

……Kemarin, tepat pada tanggal 8 Februari 2014 cluster tempat dimana saya bekerja mengadakan acara outbound. Bagi saya yang kalau naik lift masih pegangan dinding, acara demikian tentu saja menjadi sesuatu yang bangetnya amir-amir. Seumur-umur baru kali itu saya ikut acara yang begituan, jangan ditanya bagaimana berasa kerennya saya ini, angkot mah lewat. Malam harinya saya agak sedikit bingung harus pakai apa untuk acara besok. Akhirnya dengan pertimbangan yang menghabiskan daya dan tenaga serta menguras pikiran, saya putuskan untuk memakai yang sedikit sesuai dengan tema. Gak lucu donk, masa mau outbound saya cuma pakai sehelai handuk doank, ntar yang ada semua pada kepengen, kepengen ngelempar sandal ke muka saya maksudnya. Dan jadilah saya memakai celana jeans berduet dengan kaos suci putih pemberian emak tercintah, makasih ya, mak. Dan maaf, tingkat kepercayaan diri nDuknya minus gak karu-karuan, jadi kaga ada fotonya dimari.

……Acaranya apa aja? Saya lupa namanya apa-apa saja, yang jelas seru-seruan. Ada main tarik tambang, ada masukin paku ke dalam botol, ada junjung-junjung air, dan yang bikin saya senang gak ada main sikat menyikat kamar mandi atau main jambak-jambakan di sana. Saya ikut main apa? O, tentu saja saya tidak ikut main apapun. Sayang sekali, saya sedang tidak enak badan, sedang atit piyek setengah beyat, pucing setengah mual, nanas setengah ningin. Namun yang saya heran, biar kata pilek, saat makan siang dibagikan saya bisa makan dengan lahapnya, hampir minta tambah malah. Entahlah salahnya dimana hingga bisa demikian tidak sinkronnya antara pilek yang menyerang hidung saya dengan mulut saya yang tetap asyik mengunyah dalam keadaan bagaimanapun.

……Rencananya acara dimulai jam 8 pagi, gak taunya molor ampe jam 10an, biasalah, macam gak tau aja kamu ini. Pada detik-detik terakhir acara panitia membagi-bagi hadiah. Semua peserta diberi nomor, gak dink, lebih tepatnya mencabut nomor untuk memilih peruntungannya masing-masing. Teman saya ada yang dapat jas hujan, payung, sarung tangan, setrika dan lain-lain, semua orang dapat. Saya dapat apa? Masa kamu gak bisa nebak sih?. Coba perhatikan wajah saya lekat-lekat. Nha, sekarang kamu sudah tau saya dapat hadiah apa?. Betul! Saya dapat rantang saudara-saudara!! Saya ulang, saya dapat rantang!. Pas banget untuk nempatin wajah saya yang bulat sempurna!. Ditempatin rantang? Itu wajah apa ndog godok ya.

……Sepanjang acara saya cuman duduk sambil ketawa-ketiwi mratiin teman-teman saya yang tingkahnya lucu-lucu dan nggemesin. Oh ya, Humanitas adalah nama tempat kami outbound kemarin, tauk deh artinya apaan. Kira-kira jam 6 sore acara akhirnya kelar. Dan, ya, dengan berakhirnya acara berakhir pula postingan saya kali ini. Buat simpatisan saya, maaf banget ya saya baru posting, dan itupun selalu saja posting gak penting. Salam paling manis sekali untuk kamu, kamu, kamu dan kamu semua yang selalu setia menanti postingan saya. * Emang mereka siapa nDuk? **Halah, itu loh, yang punggungnya pada bolong.

Anak SMA Bispak

Posted in Tidak Dikategorikan by nDuk on 4 Januari 2014

……Anggap saja cerita ngawur ini memang ngawur atau lebih ngawur dari ngawur, nenek moyangnya ngawur begitulah kira-kira. Namun, jikapun kamu amat ingin menganggap ini adalah cerita yang layak diapresiasi dan pantas dijadikan referensi, saya sama sekali tidak keberatan. Mmm…yang sudah merasa gak enak badan atau gak enak hati dengan kata-kata saya tadi, silahkan saja pergi dari sini, tapi jangan salahkan saya ya kalau besok badan kamu pada bentol-bentol. Sekarang jangan berisik, saya akan mulai cerita ngawurnya.

*

……Peristiwa ini terjadi di ruangan yang dalam keadaan ramai sentosa. Jika ada kesempatan, soal waktu dan tempat peristiwa ini terjadi bisa kita negosiasikan lagi di kemudian hari.

“Pagi anak-anak…!”

Pagi, paaaak…!

“Karna sikat gigi bapak hilang entah kemana, maka sudah bapak putuskan hari ini kita akan belajar menggambar. Sekarang ambil buku gambar kalian masing-masing. Tugas kalian adalah menggambar seorang pelajar dan alat transportasi. Nilai yang akan bapak berikan tidak dapat diganggu gugat, sebab itu silahkan maksimalkan tenaga dalam kalian sampai pada titik tertinggi”

Pak, pak, kalau bapak sedang sakit kepala, kita belajar apa?

“Kita akan belajar berhitung”

Kalau jemuran bapak gak kering? Kita belajar apa, pak?

“Kita belajar petak umpet! Sudah, sudah, kerjakan apa yang bapak titahkan tadi. Bapak beri waktu 30 menit dari sekarang”

Cepet banget, pak. Tambahin donk, jadi 2 tahun gitu?

“Semakin banyak kamu bicara semakin banyak waktumu terbuang, sudah kerjakan saja!”

*

* Sepuluh menit lewat tiga detik kemudian 

“Sudah?”

Belum paaaaak….!!

*

* Sepuluh menit lewat tujuh detik kemudian

“Sudah?”

Beluuum…..!

*

* Sepuluh menit lewat dua puluh menit kemudian

“Waktunya sudah habis gak bersisa, sekarang saatnya penilaian. Miun! Kamu duluan, bawa ke depan hasil gambar kamu. Tunjukkan mana gambar pelajar dan alat transportasinya”

Ini dan ini, pak

“Miun, ini gambar apa?”

Ini gambar Anak SMA, ini gambar bis, pak. Anak SMA Bispak, dan sudah saya tulis namanya di bawah gambar.

“Gambar Anak SMA macam apa ini?!!”

anak sma bispak

Ssstttt…bapak jangan keras-keras, nanti kita ketauan. Kita tunggu aja paling anak SMAnya bentar lagi keluar dari toilet.

“Appah?!”

Bapak mau nunggu, gak? Atau nanti saja kalau sudah keluar dari toilet wanita baru saya beri tahu, gimana? Anak SMAnya cakep loh, pak, beneran.

“Ha sudah, sudah…gak betul itu. Sekarang tunjukkan mana gambar alat transportasi kamu”

Yang ini, pak

“Hiyah! Yang begini kamu bilang alat transportasi!?. Inikan gambar matahari, Miun!!”

Siapa bilang ini matahari? Bapak salah lihat, jelas-jelas ini gambar bis, pak.

 anak sma bispak juga

“Hah? Gambar apa??”

Gambar bis. Bispak, kan sudah saya tulis di bawah gambar, kalau itu bis, bispak!

“Bukan, ini gambar matahari! Gambar bis darimana?!. Mau dilihat pake kaca mata kuda juga ini jelas gambar matahari, Miun!

Yaa…, pak. Bapak kan tau gimana keadaan ekonomi keluarga saya, saya mampunya hanya  gambar stiker bisnya dulu. Nha, nanti kalau bapak saya sudah kaya saya pasti bakal gambar bisnya. Saya janji deh, pak.

“Haduuh… kamu ini!! Saya gak ngerti jalan pikiran kamu”

Jangankan bapak, saya yang punya pikiran aja gak ngerti jalan pikiran saya sendiri, pak. Jadi gambar Anak SMA Bispak saya dapat nilai berapa, pak?

“Kamu tunggu saja minggu depan. Sudah sana, kembali ke bangku kamu! Pusing kepala saya lama-lama lihat gambar-gambar kamu ini”

*

……Karena muridnya ada 45 orang, dan rata-rata mempunyai kemampuan seperti Miun, maka alangkah baiknya cerita ini saya sudahi sampai di sini saja. Bayangkan jika saya harus menceritakan masing-masing siswa, bisa puyeng tujuh turunan saya ngarangnya. Dan untuk kata bispaknya terlalu maksa banget, maafin ye…

*

“Artikel ini turut mendukung gerakan PKK Warung Blogger”

Desember

Posted in Tidak Dikategorikan by nDuk on 29 Desember 2013

……Saya iri sama guru ngaji yang suaranya menggetarkan hati itu. Saya iri dengan penikmat buku yang bisa membaca buku lebih dari sekian biji dalam satu bulan, punya koleksi buku di rumah yang ditata apik di rak-rak cantik. Saya iri pada orang yang dengan lihainya menggunting pola-pola dan menjahitnya menjadi sebuah karya, sedang saya begitu konsumtifnya. Saya iri, iri melihat teman-teman seumuran saya yang sudah bekerja di tempat yang nyaman, punya gaji tetap, punya jaminan kesehatan, punya jaminan hari tua, bisa gonta-ganti kacamata, bisa periksa gigi rutin tanpa harus mikir mbayarnya gimana. Dan saya hanya duduk santai di kursi tanpa usaha apapun, berharap semua akan berubah begitu saya beranjak dari kursi, naif memang, bukan naif, tapi lebih tepatnya bego, ya, bego memang. Saya juga iri dengan mereka yang tertawa lepas, yang sepertinya tidak merasa khawatir kalau, bisa saja besok kakinya tinggal satu karna kecelakaan, atau matanya jadi buta, atau tidak merasa khawatir kalau, boleh jadi lusa badannya menjadi gosong karna gas meledak. Masih banyak lagi yang membuat saya iri, bisa habis enam belas cerek teh manis jika harus saya katakan semuanya. Saya menyongsong 2014 dengan segerombol rasa iri yang bergelayut di seluruh tubuh saya, kamu?.

 *

Ini curcol ya, nDuk?

Bukan, ini daun ubi tumbuk, tauk!